Nilai tukar mata uang suatu negara adalah relatif, dan dinyatakan dalam perbandingan dengan mata uang negara lain. Apa yang menyebabkan nilai tukar itu bisa naik turun?
Ketika terjun ke dunia perdagangan finansial, terutama forex, sangat penting untuk bisa memahami konsep dasar transaksinya. Trading forex (foreign exchange atau valuta asing) berkaitan erat dengan pergerakan nilai tukar mata uang.
Contohnya saja ketika Anda open order Sell EUR/USD, artinya adalah Anda mengharapkan mata uang Euro melemah terhadap Dolar AS. Jika ternyata harga pair EUR/USD turun, maka Anda profit. Sebaliknya jika pair EUR/USD malah menguat, maka Anda mengalami loss.
Untuk mengetahui hal ini, tentu dibutuhkan ilmu dasar mengenai konsep nilai tukar mata uang. Jika Anda penasaran mengapa ada trader yang bisa profit konsisten, salah satu alasannya bisa jadi karena mereka tahu cara membidik kesempatan dari faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar mata uang.
Jika Anda tertarik terjun ke dunia trading forex dan belum memiliki bekal ilmu yang cukup, tidak perlu minder. Anda bisa belajar pelan-pelan terlebih dahulu, dimulai dari memahami definisi nilai tukar mata uang.
Apa itu Mata Uang?
Sebelum melangkah lebih jauh ke pembahasan mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi nilai tukar mata uang, sangat penting untuk memahami arti dari mata uang. Atau yang lebih mendasar lagi, mari kita memahami bersama konsep:"Apa itu uang?"
Uang adalah benda yang lekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Baik dalam bentuk kertas maupun koin, kita membutuhkan uang untuk bertransaksi sehari-hari. Zaman dahulu, uang masih belum lazim digunakan dan masyarakat menggunakan sistem barter.
Sayangnya, hal ini sangat tidak praktis dan sulit menemukan partner barter yang membutuhkan hal setara. Karena itu, diciptakanlah uang sebagai alat yang digunakan orang untuk membeli barang dan membayar jasa.
Sementara itu, mata uang adalah satuan nilai dari alat pembayaran yang diterima dan berlaku secara sah untuk melakukan transaksi ekonomi di suatu negara. Contohnya di Indonesia, mata uang yang berlaku adalah Rupiah (IDR), di Amerika Serikat menggunakan US Dollar (USD), Uni Eropa menggunakan Euro (EUR), dan Inggris menggunakan Poundsterling (GBP).
Apa Beda Nilai Tukar dengan Mata Uang?
Setelah tau definisi mata uang, sekarang saatnya kita membahas tentang perbedaan antara nilai tukar dengan mata uang. Berbeda dengan mata uang yang hanya fokus pada mata uang satu negara, nilai tukar adalah acuan daya beli mata uang satu negara terhadap mata uang negara lain.
Nilai tukar mata uang sering juga disebut sebagai kurs. Ketika kita bertransaksi dengan warga dari negara lain yang tidak menggunakan rupiah, tentu kita perlu mencari jalan tengah untuk menentukan nilai tukar yang sesuai.
Dengan adanya nilai tukar mata uang yang pakem, transaksi antar negara menjadi lebih lancar dan terkendali, karena pergerakan kurs ini diawasi oleh bank Sentral. Karena itu, Anda mungkin sering mendengar kurs Dolar-Rupiah, yang memberikan perbandingan antara 1 Dolar harus ditukar dengan berapa rupiah.
Kurs mata uang ini diperhatikan oleh banyak pihak, terutama para pelaku industri ekspor impor dan pasar forex. Para pelaku industri perlu menghitung juga kurs mata uang ketika menjual atau membeli barang dari negara lain, sementara pelaku pasar forex memanfaatkan selisih nilai tukar mata uang untuk meraup cuan.
Jenis-Jenis Nilai Tukar Mata Uang
Karena melibatkan kepentingan beragam pihak, pengaturan nilai tukar mata uang ini sangat kompleks. Karena itu, ada dua jenis nilai tukar yang dikenal oleh masyarakat, yaitu Kurs Nominal dan Kurs Riil. Lalu, apa beda antara keduanya? Mari kita bahas satu-persatu!
Kurs Nominal
Dalam bahasa Inggris, kurs nominal disebut sebagai Nominal Exchange Rate. Nilai tukar ini digunakan ketika kita akan melakukan antar mata uang. Misalnya ketika Anda akan pergi ke Amerika Serikat dan membutuhkan uang 100 USD, ternyata Anda harus menyiapkan uang senilai 1,500,000 rupiah. Itu artinya, kurs nominal 1 Dolar AS senilai 15,000 rupiah.
Kurs Riil
Berbeda dengan kurs nominal yang secara langsung membandingkan antara 2 mata uang, kurs rill digunakan ketika Anda akan menukar barang atau jasa antar negara. Kurs riil, atau dalam istilah bahasa Inggrisnya disebut Real Exchange Rate berlaku sebagai pembanding.
Contohnya saja:
Anda ingin membeli souvenir dari Jepang seharga 100 yen, sedangkan di Indonesia harganya sebesar 13,000. Untuk mendapatkan kurs riil yang sesuai, maka ubah nilainya menjadi mata uang umum, karena 1 JPY senilai 130 rupiah, maka harga souvenir tersebut 130,000. Sehingga dalam membandingkan harga tas di Amerika dan Indonesia, dapat disimpulkan harga tas di Indonesia ½ harga dari harga tas di Amerika.
Istilah Yang Sering Muncul Pada Pembahasan Nilai Tukar Mata Uang
Ketika membaca berita mengenai nilai tukar mata uang, Anda mungkin menemui istilah "Apresiasi" dan "Depresiasi".
Apa maksudnya? Perhatikan ilustrasi berikut:
Apresiasi terjadi ketika sebuah mata uang lebih banyak dicari dan dibutuhkan orang, sehingga nilainya naik. Misalnya, untuk mendapatkan 1 dollar, Anda membutuhkan rupiah sebanyak 13,500. Padahal di hari sebelumnya, rupiah yang dibutuhkan hanya 13,000. Karena itu, apresiasi mata uang juga diartikan sebagai penguatan.
Sebaliknya, depresiasi terjadi ketika nilai tukar suatu mata uang menjadi semakin turun dan tidak diminati. Contohnya saja, ketika di hari sebelumnya kita membutuhkan uang 13,500 rupiah untuk menukar ke 1 Dolar AS, lalu hari ini nilai 1 Dolar AS menjadi 13,000 rupiah saja (turun 500 rupiah). Depresiasi disebut juga sebagai pelemahan mata uang.
Apresiasi dan depresiasi merupakan sebuah siklus yang wajar dialami oleh sebuah mata uang. Ada pihak-pihak yang mendapatkan manfaat dari dinamika nilai mata uang tersebut. Bagi pengekspor, apresiasi Dolar AS akan menguntungkan karena mereka akan mengantongi lebih banyak rupiah.
Sementara itu, para importir akan lebih menyukai ketika nilai tukar mata uang Dolar AS ke rupiah terdepresiasi, karena mereka membutuhkan lebih sedikit rupiah ketika akan berbelanja barang dari luar negeri.
Inilah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Mata Uang
Di samping tingkat inflasi dan suku bunga, nilai tukar mata uang sering digunakan untuk mengukur level perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana hampir sebagian besar negara-negara di dunia saat ini terlibat dalam aktivitas ekonomi pasar bebas. Bagi perusahaan investasi dan investor mancanegara, nilai tukar mata uang akan berdampak pada return dan portofolio investasinya.
Nilai tukar mata uang suatu negara adalah relatif, dan dinyatakan dalam perbandingan dengan mata uang negara lain. Tentu saja perubahan nilai tukar mata uang akan mempengaruhi aktivitas perdagangan kedua negara tersebut. Nilai tukar yang menguat akan menyebabkan nilai ekspor negara tersebut lebih mahal, dan impor dari negara lain lebih murah, dan sebaliknya. Berikut adalah 6 faktor yang bisa mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang antara dua negara:
Perbedaan Tingkat Inflasi Antara Dua Negara
Suatu negara dengan tingkat inflasi konsisten rendah akan lebih kuat nilai tukar mata uangnya dibandingkan negara yang inflasinya lebih tinggi. Daya beli (purchasing power) mata uang tersebut relatif lebih besar dari negara lain. Pada akhir abad 20 lalu, negara-negara dengan tingkat inflasi rendah adalah Jepang, Jerman dan Swiss, sementara Amerika Serikat dan Canada menyusul kemudian. Nilai tukar mata uang negara-negara yang inflasinya lebih tinggi akan mengalami depresiasi dibandingkan negara partner dagangnya.
Perbedaan Tingkat Suku Bunga Antara Dua Negara
Suku bunga, inflasi, dan nilai tukar sangat berhubungan erat. Dengan merubah tingkat suku bunga, bank sentral suatu negara bisa mempengaruhi inflasi dan nilai tukar mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi akan menyebabkan permintaan mata uang negara tersebut meningkat.
Investor domestik dan luar negeri akan tertarik dengan return yang lebih besar. Namun jika inflasi kembali tinggi, investor akan keluar hingga bank sentral menaikkan suku bunganya lagi. Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan suku bunga maka akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.
Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan antara dua negara berisi semua pembayaran dari hasil jual beli barang dan jasa. Neraca perdagangan suatu negara disebut defisit bila negara tersebut membayar lebih banyak ke negara partner dagangnya dibandingkan dengan pembayaran yang diperoleh dari negara partner dagang.
Dalam hal ini negara tersebut membutuhkan lebih banyak mata uang negara partner dagang, yang menyebabkan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap negara partnernya melemah. Keadaan sebaliknya disebut surplus, dimana nilai tukar mata uang negara tersebut menguat terhadap negara partner dagang.
Hutang Publik (Public Debt)
Neraca anggaran domestik suatu negara digunakan juga untuk membiayai proyek-proyek untuk kepentingan publik dan pemerintahan. Jika anggaran defisit maka public debt membengkak. Public debt yang tinggi akan menyebabkan naiknya inflasi. Defisit anggaran bisa ditutup dengan menjual bond pemerintah atau mencetak uang.
Keadaan bisa memburuk bila hutang yang besar menyebabkan negara tersebut default (gagal bayar) sehingga peringkat hutangnya turun. Public debt yang tinggi jelas akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.
Rasio Harga Ekspor Dan Harga Impor
Jika harga ekspor meningkat lebih cepat dari harga impor maka nilai tukar mata uang negara tersebut cenderung menguat. Permintaan akan barang dan jasa dari negara tersebut naik yang berarti permintaan mata uangnya juga meningkat. Keadaan sebaliknya untuk harga impor yang naik lebih cepat dari harga ekspor.
Kestabilan Politik Dan Ekonomi
Para investor tentu akan mencari negara dengan kinerja ekonomi yang bagus dan kondisi politik yang stabil. Negara yang kondisi politiknya tidak stabil akan cenderung beresiko tinggi sebagai tempat berinvestasi. Keadaan politik akan berdampak pada kinerja ekonomi dan kepercayaan investor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai tukar mata uang negara tersebut.
Pengaruh Nilai Tukar Mata Uang Pada Trading Forex
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, seorang trader forex mendapatkan keuntungan dari selisih nilai jual/beli pasangan mata uang. Karena itu, sebelum menaruh posisi sell atau buy, trader perlu melakukan analisa.
Dalam trading forex, mengetahui faktor yang mempengaruhi nilai tukar mata uang saja tidak cukup. Dibutuhkan pengetahuan tentang cara benar menganalisa fundamental dan teknikal agar trading Anda tidak salah arah. Meskipun sekilas sama, namun analisa fundamental sebenarnya berbeda dengan news trading.
Analisa fundamental bukan hanya memperhatikan agenda-agenda perekonomian seperti pengumuman suku bunga sebagai salah faktor yang mempengaruhi nilai tukar mata uang. Lebih luas dari itu, analisa fundamental juga perlu memperhatikan kestabilan suatu negara secara keseluruhan.
Saat ini, telah banyak broker forex yang mengantongi regulasi dari Indonesia. Jika masih pemula, sebaiknya membuka akun pada lot mini terlebih dahulu sambil belajar manajemen keuangan yang benar.